Kamis, 28 Juni 2018

1001 Pertanyaan tentang Tuhan


Jam menunjukan tengah 11 malam, mungkin aku telah berbincang terlalu lama dengan bapak urip hingga sampe lupa waktu. Tanpa basa – basi aku pamit untuk pulang terlebih dahulu. Dalam perjalanan pulang aku selalu memikirkan hal yang aku ingin kulakukan untuk menemukan Tuhanku sendiri. Aku pulang dengan perasaan ingin tahu tentang latihan mencari tuhanku, aku mulai menunggu tengah malam tiba, Karena aku yakin tengah malamlah waktu yang tepat untuk mencari keheningan dimana semua orang terlelap akan tidur disitu doa-doa pun lebih didengar oleh tuhanku. tengah malam pun menunjukan keheningannya aku mulai duduk bersila, memfokuskan fikiranku lalu mengatur nafasku. Memang sulit rasanya mengatur nafas, konsentrasi dan sambil menghitung. Keheningan pun terpecah oleh getaran ekor cicak dijendela yang cukup jauh dari tempat aku duduk tetapi suaranya sangat keras seperti indera pendengaranku dipertajam. Sontak, aku terkejut dan membuka mataku, memang benar ini adalah awal yang baik menurutku. Aku melanjutkan untuk memfokuskan lagi tetapi pikiranku sangat sulit dikendalikan aku pun teringat dengan perkataan beliau agar berhenti melakukan jika pikiran susah dikendalikan, alhasil aku pun tidur dan melanjutakan esok malam. aku berniat datang kerumah pak urip malam minggu nanti untuk mendengarkan ceritanya kembali. Tengah malam pun tiba aku mulai memfokuskan kembali pikiranku, tapi apa yang aku dapat aku berkeringat tetapi itu seperti yang dikatakan bapak urip, aku beristirahat dan melanjutkan tidur. Sabtu pagi aku mulai beraktifitas seperti biasanya pengangguran yang sedang mencari pekerjaan, yaa mencari cari pekerjaan dilapangan usaha seseorang, sore pun tiba aku berniat sebelum aku bertamu aku akan membawa martabak istimewa untuk bapak urip beserta anak dan istrinya. Aku  membeli martabak, banyak orang memilih martabak bpk. Jumeno pertiggaan karang kobar karena telah legendaris yang berada didepan kantor kelurahan  itu. aku pun bergegas sebelum antriannya semakin banyak aku memesan martabak istimewa dengan 3 telor bebek  yang dihargai Rp. 32.000 kala itu. aku pun sampai didepan rumah pak urip dengan membawa kardus berisi martabak istimewa 3 telor bebek. Aku ketok pintu yang berwarna hijau tak berselang lama bapak urip keluar dan membukakan pintu untuku. Sambil tersenyum aku memberikan martabak itu, aku pun dipersilahkan duduk di kursi kayu coklat yang tanpa busa dengan sedikit ukiran orang orangan dibagian senderan kursi tersebut. Bapak urip mulai menceritakan kisah kisahnya kembali, dengan istiranya yang menyajikan martabak tersebut diatas piring dan 2 gelas teh hangat. Bapak masih asik bercerita tentang pekerjaannya tadi pagi tentang seorang seorang kuli bangunan yang mampu menyekolahkan anaknya hingga ITB, betapa hebat bapak tersebut berjuang menyekolahkan anaknya hingga jenjang yang lebih tinggi,lambat laun pak urip pun mulai menceritakan kisah lainnya.



1001 pertanyaan

Dalam hidupku tengah malam pun sangat kunantikan kedatangannya, aku rindu akan berinteraksi dengan tuhan, rasanya banyak sekali pertanyaan yang ingin aku sampaikan padanya. Barangkali ada ada jawaban yang bisa aku mengerti karena bahasanya sangat sulit untuk dimengerti oleh akal manusia. Renungan tiap renungan aku selalu berharap akan mendapatkan jawaban dari sang pencipta. Aku tak yakin kapan aku akan mendapatkan jawaban atau entah berapa lama. Hari demi hari aku selalu menanyakan tentang kehidupan yang dijalankan oleh manuasia sebagai umumnya seperti kenapa manusia harus mendirikan sholat, menunaikan ibadah puasa, dan ibadah haji. Seminggu pun aku telah lalui bahkan bulan aku lewati, pada malam itu tepat bulan puasa hari ke-22. Aku mendengar suara halus yang memerintahku untuk keluar rumah. Aku berjalan keluar rumah “apakah kau ingin melihat kiamat ?” suara lirih itu memberi pertanyaan kepadaku. “iya” jawabku, aku disugguhkan dengan keadaan semu dunia ini, sejenak aku terhentak melihat dedaunan kering terangkat keudara, batu batu kecil pun ikut terangkat, pot bunga mulai mengambang. Semua benda yang tidak terikat dengan bumi disekitarku terangkat. “brarti benar dalam surat al qaari’ah ayat 4 dan 5”gumamku dalam hati aku mulai merinding melihatnya. “ kenapa semua itu bisa terjadi ?” tanyaku pada suara lirih tersebut. “ hilangnya gravitasi pada bumi membuat benda yang tidak terikat dengan bumi akan terbang bahkan gunung gunung pun seperti bulu” jawab suara lirih demikian, sungguh agung sang pencipta bahkan pada hari kiamat pun manusia tidak seperti bayangan film 2011, yang bumi hancur gempa dan demikian rupa. tapi itu sangat bertolak belakang dengan gambaran yang diberikan oleh suara lirih dan lembut itu. aku percaya percaya saja akan gambaran yang diberikan seperti itu karena gambaran telah dituliskan didalam surat al qaari'ah. tetapi untuk waktu aku tak tau kapan akan terjadi. semoga saja itu masih sangat jauh kedepan ketika manusia sudah tidak saling menghormati satu sama lain dalam beragama ataupun kehiduan sosialnya.

Surga dan neraka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar