Kamis, 14 Juni 2018

Mengapa Begitu ?



            Tak terasa 3 bulan telah berlalu semenjak pertama bertemu dengan pak urip, aku masih teringat jelas setiap perbincangan dengan bapak urip, mungkin hari ini adalah waktu yang tepat untuk berkunjung ketempat pak urip. Setelah adzan maghrib saya memacu sepeda motor yang sedikit kuno dengan lampu remnya mati tapi masih dikatakan aman untuk berkendara, sekitar 10 menit dari rumah sampailah saya dipertigaan yang dimaksud pak urip. Saya langsung saja sign kiri dan memperlambat laju kendaraan dan menghampiri penjual “freid Chicken” begitulah tulisannya, “punten mas, ngertos griyane bapak urip ?”(permisi mas, tau rumahnya pak urip ?) tanyaku ke lelaki paruh baya itu, “oh pak urip, niku mas griyane, sing warna putih” jawabnya “nggih turnuwun mass” jawabku sambil bergegas menaiki motor. Berjarak 2 rumah dari tempat aku bertanya itulah rumah pak urip, rumahnya cukup bagus untuk daerah desa tersebut sekitar luas lahan 15 m2 x 20 m2 cukup luas kan. Keraguanku muncul “apakah dia ada dirumah ?” karena diperjalanan aku tak sempat berfikir apakah dia sibuk atau tidak. Akhirnya aku mendekati rumahnya lalu kuketok pintu “(tok tok tok) assalamualaikum….” Tidak lama ada seseorang yang datang aku yakin itu bukanlah pak urip, mungkin istrinya terlihat rambut panjangnya dengan rambut sedikit ikal dan berpakain santai. “permisi, apa benar ini tempat tinggal bapak urip ?” tanyaku, “ iya benar, dengan siapa ya ?” jawabnya , “ dengan saya ageng, saya mau bertemu pak urip. Pak uripnya ada ?” aku tersenyum sambil menjawabnya pertanyaan ibu tadi, “sebentar saya panggilkan bapak dahulu” sambil memutar badan dan berjalan memasuki rumah. Tak lama pak urip pun membuka pintu dan tersenyum kepada saya, terlintas dipikiranku pasti ia baru saja mandi, terlihat dari rambut cepaknya yang masih sedikit basah. Dia melihatku dengan rasa ragu ragu, aku yakin pasti dia tidak ingat, langsung saja aku mengenalkan diri “pak urip saya ageng, yang waktu itu bertemu diwarung depan sana” tegasku,” oiyaa saya ingat kamu yang makan lele itu kan ?, silahkan duduk dahulu”jawabnya sambil bercanda.

Kehidupan Pun Berlanjut
Kehidupanku mulai berjalan dengan apa yang aku inginkan, aku mendapatkan pekerjaan sebagai arsitektur, pengawas bangunan, dan pekerjaan lain pun aku lakukan. Aku masih mencoba latihan pernafasan seperti yang pernah saya lakukan untuk mencari tuhanku atau setidaknya masuk ke alam ghaib lagi. Mungkin, karena kesibukan kerja lah yang membuat  konsentrasiku sangat sulit. Dan mulailah aku putus asa, lambat laun aku mulai meninggalkan kebiasaanku itu, tak terasa 8 tahun aku tidak melakukan latihan pernafasan hingga akhirnya aku pun tergugah untuk memulai lagi, tapi rasanya sungguh sulit dan sedikit memaksa kala itu, karena aku tak kunjung berhasil dari apa yang  dulu aku lakukan. Pada akhirnya aku mulai sering merenung sendirian didepan rumah pada tengah malam bagaimana aku bisa melakukan hal seperti dulu. Apa yang salah dengan diriku ? apakah aku sudah terlalu banyak dosa untuk bertemu dengan diriMU Tuhan ? aku hanya bisa merenung tanpa mengetahui jawabannya, aku juga bingung ingin bercerita dengan siapa ? hanyalah Tuhan yang mampu mendengar semua keluh kesahku. Tetapi tuhan tak pernah memberiku jawaban dan aku berkeyakinan bahwa suatu saat tuhan akan memberikan jawaban atas semua pertanyaanku.
Al Kisah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar