Tak
terasa 3 bulan telah berlalu semenjak pertama bertemu dengan pak urip, aku
masih teringat jelas setiap perbincangan dengan bapak urip, mungkin hari ini
adalah waktu yang tepat untuk berkunjung ketempat pak urip. Setelah adzan maghrib
saya memacu sepeda motor yang sedikit kuno dengan lampu remnya mati tapi masih
dikatakan aman untuk berkendara, sekitar 10 menit dari rumah sampailah saya
dipertigaan yang dimaksud pak urip. Saya langsung saja sign kiri dan
memperlambat laju kendaraan dan menghampiri penjual “freid Chicken” begitulah
tulisannya, “punten mas, ngertos griyane bapak urip ?”(permisi mas, tau
rumahnya pak urip ?) tanyaku ke lelaki paruh baya itu, “oh pak urip, niku mas
griyane, sing warna putih” jawabnya “nggih turnuwun mass” jawabku sambil
bergegas menaiki motor. Berjarak 2 rumah dari tempat aku bertanya itulah rumah
pak urip, rumahnya cukup bagus untuk daerah desa tersebut sekitar luas lahan 15
m2 x 20 m2 cukup luas kan. Keraguanku muncul “apakah dia
ada dirumah ?” karena diperjalanan aku tak sempat berfikir apakah dia sibuk
atau tidak. Akhirnya aku mendekati rumahnya lalu kuketok pintu “(tok tok tok)
assalamualaikum….” Tidak lama ada seseorang yang datang aku yakin
itu bukanlah pak urip, mungkin istrinya terlihat rambut panjangnya dengan
rambut sedikit ikal dan berpakain santai. “permisi, apa benar ini tempat
tinggal bapak urip ?” tanyaku, “ iya benar, dengan siapa ya ?” jawabnya , “
dengan saya ageng, saya mau bertemu pak urip. Pak uripnya ada ?” aku tersenyum
sambil menjawabnya pertanyaan ibu tadi, “sebentar saya panggilkan bapak dahulu”
sambil memutar badan dan berjalan memasuki rumah. Tak lama pak urip pun membuka
pintu dan tersenyum kepada saya, terlintas dipikiranku pasti ia baru saja
mandi, terlihat dari rambut cepaknya yang masih sedikit basah. Dia melihatku dengan rasa ragu ragu,
aku yakin pasti dia tidak ingat, langsung saja aku mengenalkan diri “pak urip
saya ageng, yang waktu itu bertemu diwarung depan sana” tegasku,” oiyaa saya
ingat kamu yang makan lele itu kan ?, silahkan duduk dahulu”jawabnya sambil
bercanda.
Kehidupan Pun Berlanjut
Kehidupanku
mulai berjalan dengan apa yang aku inginkan, aku mendapatkan pekerjaan sebagai
arsitektur, pengawas bangunan, dan pekerjaan lain pun aku lakukan. Aku masih
mencoba latihan pernafasan seperti yang pernah saya lakukan untuk mencari
tuhanku atau setidaknya masuk ke alam ghaib lagi. Mungkin, karena kesibukan
kerja lah yang membuat konsentrasiku
sangat sulit. Dan mulailah aku putus asa, lambat laun aku mulai meninggalkan
kebiasaanku itu, tak terasa 8 tahun aku tidak melakukan latihan pernafasan
hingga akhirnya aku pun tergugah untuk memulai lagi, tapi rasanya sungguh sulit
dan sedikit memaksa kala itu, karena aku tak kunjung berhasil dari apa
yang dulu aku lakukan. Pada akhirnya aku
mulai sering merenung sendirian didepan rumah pada tengah malam bagaimana aku bisa
melakukan hal seperti dulu. Apa yang salah dengan diriku ? apakah aku sudah
terlalu banyak dosa untuk bertemu dengan diriMU Tuhan ? aku hanya bisa merenung
tanpa mengetahui jawabannya, aku juga bingung ingin bercerita dengan siapa ?
hanyalah Tuhan yang mampu mendengar semua keluh kesahku. Tetapi tuhan tak
pernah memberiku jawaban dan aku berkeyakinan bahwa suatu saat tuhan akan
memberikan jawaban atas semua pertanyaanku.
Al Kisah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar